Ilustrasi Konsep Kualitas dan Target Pencapaian
Dalam dunia manajemen operasional, manufaktur, dan peningkatan mutu berkelanjutan, terdapat berbagai kerangka kerja dan metrik yang digunakan untuk memastikan efisiensi dan keunggulan produk. Dua elemen yang sering muncul, meskipun konteksnya bisa bervariasi, adalah konsep yang melibatkan angka **5A** dan target pencapaian **90**. Memahami interaksi dan implikasi dari kedua kode ini sangat penting bagi para praktisi yang ingin mencapai standar kinerja tertinggi.
Konsep **5A** paling sering diasosiasikan dengan sistem tata kelola tempat kerja yang disebut 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Meskipun demikian, dalam beberapa konteks spesialisasi, 5A bisa merujuk pada kriteria penilaian atau lima aspek fundamental yang harus dipenuhi dalam suatu proses. Jika kita mengacu pada interpretasi yang paling umum dalam konteks manajemen mutu dan lean manufacturing, 5A adalah pengembangan dari 5S, sering kali diperluas untuk mencakup aspek audit atau standarisasi.
Lima elemen tersebut umumnya meliputi:
Fokus dari 5A adalah menciptakan lingkungan kerja yang terorganisir, visual, dan terkontrol, yang merupakan fondasi utama untuk mengurangi pemborosan (waste) dan meningkatkan keselamatan kerja.
Angka **90** jarang sekali berdiri sendiri sebagai sebuah standar universal, namun ia seringkali muncul sebagai ambang batas keberhasilan atau target kinerja (Key Performance Indicator/KPI) dalam berbagai sektor. Ketika digabungkan dengan 5A, angka 90 ini bisa diinterpretasikan sebagai target pencapaian mutu:
Pencapaian target 90% menunjukkan adanya kematangan proses. Ini menyiratkan bahwa meskipun hampir sempurna, selalu ada ruang untuk perbaikan menuju 100%. Dalam filosofi perbaikan berkelanjutan, target 90% adalah batu loncatan, bukan tujuan akhir. Ia memvalidasi bahwa sistem yang dibangun melalui disiplin 5A bekerja secara efektif, namun juga menyoroti 10% area yang masih memerlukan perhatian lebih intensif.
Hubungan antara kerangka kerja sistematis (5A) dan target numerik (90) adalah hubungan sebab-akibat. 5A adalah metode, sementara 90 adalah hasil terukur yang diinginkan. Tanpa struktur yang solid dari 5A, sulit sekali bagi organisasi untuk secara konsisten mempertahankan kinerja di level tinggi seperti 90%. Kekacauan dan ketidakteraturan (yang diatasi oleh 5A) adalah musuh utama konsistensi metrik.
Sebagai contoh, jika perusahaan menargetkan 90% waktu siklus pengiriman tepat waktu, mereka harus memastikan bahwa semua alat dan material terorganisir (Seiton/Area), prosedur jelas (Aplikasi), dan ada mekanisme pengecekan harian (Asesmen). Proses ini, yang diimplementasikan secara disiplin (Adopsi), secara langsung akan mendorong angka efisiensi menuju batas 90% yang ditetapkan.
Kesimpulannya, ketika kita berbicara tentang **5A 90**, kita sedang membicarakan tentang implementasi disiplin tata kelola yang ketat untuk mengunci pencapaian kinerja minimal pada tingkat keunggulan, yaitu 90%. Ini adalah pendekatan pragmatis yang mengutamakan fondasi kuat sebelum mengejar kesempurnaan mutlak. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, mencapai dan mempertahankan tingkat kinerja 90% yang didukung oleh sistem 5A yang teruji adalah indikator kesehatan operasional yang sangat kuat.